Bukan hanya indah, tetapi juga sarat makna. Perpaduan antara
kelenturan tubuh (koreografi) dengan olah rasa (kearifan). Hasilnya luar
biasa menakjubkan dan elegan. Itulah kesan nan tertangkap ketika
menyaksikan estetika tarian tradisional Jepang ( nihon buyo ).
Tak
jauh berbeda dengan seni tari di Indonesia, tarian tradisional Jepang
menyiratkan kebudayaan nan unik dan penuh warna. Dari mobilitas penuh
semangat, ekpresif hingga lemah lembut penuh keanggunan. Yuk, kita
kenali sekilas berbagai tarian tradisional Jepang itu.
Jepang tak
memiliki disparitas nan jauh dengan negara-negara lain dari segi
budaya. Masyarakatnya melahirkan banyak budaya. Budaya tersebut tak
serta merta terlahir dalam waktu nan singkat. Memerlukan sebuah proses
panjang hingga akhirnya mendarah daging dan menjadi bukti diri sebuah
bangsa. Salah satunya, ya, tarian tradisional Jepang ini.
Nama-nama Tarian Tradisional Jepang Tarian
tradisional Jepang pada dasarnya memiliki kecenderungan dengan
tarian-tarian tradisional di negara lain. Bergerak, diiringi musik serta
memiliki dan mewakili nilai-nilai kebudayaan Jepang itu sendiri. Dan
nilai filosofi juga menjadi hal nan tak lepas dari keberadaan tarian
tradisional Jepang itu sendiri.
Berikut ini ialah nama-nama
tarian tradisional Jepang nan cukup banyak dikenali oleh masyarakat
dunia. Masing-masing tarian tradisional tersebut memiliki keunikan nan
tak dimiliki oleh jenis tarian tradisional nan lain.
1. Tarian Tradisional Jepang - Kabuki
Boleh
dibilang Kabuki ialah tarian tradisional Jepang nan paling populer.
Setiap ada pertunjukan Kabuki digelar, dipastikan akan penuh sesak oleh
penonton. Sejak zaman tenno (kaisar Jepang) hingga sekarang, Kabuki
selalu jadi primadona masyarakat Jepang.
Para penarinya ialah
pria. Kabuki menawarkan olah tari nan berbaur dengan kritik sosial dan
kearifan hidup. Jadi, amat pantas jika dikatakan bahwa Kabuki merupakan
kesenian taraf tinggi.
Gerak khas Kabuki terletak pada langkah
kaki nan sangat lemah lembut. Terdapat tiga gerakan dasar pada Kabuki
yaitu gerakan memutar, gerakan tangan, dan gerakan kepala. Setiap
gerakan ini menyimbolkan aktualisasi diri manusia. Seperti bagaimana
ketika menangis, gembira, sedih, dan berbagai aktualisasi diri emosional
lainnya. Dipadu dengan busana berupa kimono nan eye catching , menyaksikan Kabuki akan jadi pengalaman nan sukar dilupakan.
Penari
Kabuki dirias secara mencolok dan mewah. Hal tersebut semakin membuat
tarian tradisional Jepang ini berbeda dibandingkan dengan tarian
tradsional lainnya. Oleh UNESCO, tarian tradisional Jepang Kabuki ini
telah ditetapkan sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan NonBendawi
Manusia.
Tarian tradisional Jepang nan satu ini memiliki sejarah
nan cukup panjang. Pada 1603, tarian kabuki ini sebenarnya berwujud
dramatari. Dibawakan oleh seorang penari wanita bernama Okuni. Dramatari
tersebut dibawakan di sebuah kuil bernama Kitano Temmangu. Bermula dari
dramatari itulah, kabuki kini berkembang.
2. Tarian Tradisional Jepang - Bon Odori
Tarian
tradisional Jepang ini ditampilkan ketika masa panen tiba (festival
musim panen), sebagai ungkapan syukur kepada dewa. Ditarikan secara
massal dengan penarinya memakai baju tradisonal Jepang.
Ciri khas
tarian Bon Odori ialah menari diiringi nyanyian atau musik tradisional.
Langkah kaki bergerak bebas disertai entakan kaki buat mengeluarkan
suara. Lalu, ditingkahi dengan tangan nan disesuaikan dengan ritme
musik.
Tarian tradisional Jepang nan satu ini berarti menari
bersama-sama. Dilangsungkan setelah seremoni Obon. Obon sendiri
merupakan rangkaian upacara adat buat penyambutan arwah leluhur. Tarian
Bon Odori dilakukan bersama-sama tanpa mengenal jenis kelamin. Bayangkan
betapa meriahnya tarian ini bukan?
Tarian tradisional Jepang ini
biasanya banyak dilakukan di halaman-halaman kuil. Menurut cerita
masyarakat Jepang, gerakan pada tarian Bon Odori ini meniru gerakan para
arwah nan menari sebab terbebas dari sanksi kejam neraka.
Selain
itu, Tarian tradisional Jepang nan satu ini juga merupakan tarian
puncak dari seremoni musim panas di Jepang. Dan biasanya, tarian ini
dilaksanakan setiap tanggal 15 Juli dan 16 Juli.
3. Tarian Tradisional Jepang - Kasa Odori
Tidak
jauh berbeda dengan Bon Odori. Bedanya, para penari Kasa Odori
menggunakan payung sebagai alat tarian nan digunakan (tari payung). Ya,
tarian tradisional Jepang nan satu ini memang identik dengan penggunaan
payung. Di ujung payung-payung itu, ada benda kecil seperti logam emas.
Sehingga menimbulkan suara eksklusif tiap kali payung digerakkan.
Kasa
Odori telah ada sejak jaman Edo (1603-1867 M). Kini, tarian Kasa Odori
jadi karakteristik khas buat Prefektur Tottori timur dan biasa
dilangsungkan ketika musim panas (festival Shan-shan Ang).
Payung
nan digunakan dalam seremoni atau pertunjukan tarian tradisional Jepang
ini bernama Shan-Shan Matsuri. Shan-shan Matsuri ini berasal dari bunyi
logam nan berada di ujung payung. Orang Jepang, mendengar bunyi logam
nan bergemerincing itu seperti "shan-shan".
Tarian tradisional
Jepang ini dilakukan oleh pria dan wanita. Masing-masing mengenakan baju
nan bagus dan menari bersama. Musik nan mengiringi tarian ini bernama
Kinansebushi. Asal-usul tarian tradisional Jepang
nan satu ini sebenarnya berasal dari daerah Inaba. Di daerah tersebut
dikenal sebuah tarian meminta hujan bernama Inaba Kasa Odori.
4. Tarian Tradisional Jepang - Mai
Mai
berarti menari diiringi nyanyian atau musik tradisional Jepang dengan
seluruh bagian telapak kaki nan tak pernah diangkat. Jadi, kaki para
penarinya diseret-seret ( suriashi ). Meskipun terkadang disisipi gerakan menghentakkan kaki. Tapi tak begitu kentara.
Gerakan
tari Mai dilakukan dengan berputar di dalam ruang mobilitas nan sempit.
Dapat juga melibatkan seluruh anjung sebagai ruang geraknya dengan
tempo lambat.
5. Tarian Tradisional Jepang - Onikenbai
Ciri
khas tarian tradisional Jepang ini, penarinya memakai topeng Oni
(raksasa Jepang). Identik dengan gerakan menghentak tanah. Melambangkan
Oni nan membantu manusia buat mengusir roh dursila dari dalam tanah.
Tujuannya, agar panen para petani bisa berhasil.
Tarian
Onikenbai biasanya dilanjutkan dengan tarian Nanazumai, nan berarti
tarian tujuh kepala. Melambangkan siklus atau fase pertanian nan
merupakan mata pencaharian primer penduduk Jepang pada zaman dulu.
Tarian Nanazumai ditarikan dengan membawa tujuh alat berbeda.
Masing-masing alat ini menceritakan tiap fase dalam pertanian. Filosofi
menjadi bagian nan tak lepas dari keberlangsungan tarian tradisional
Jepang ini.
6. Tarian Tradisional Jepang - Arauma
Tarian
tradisional Jepang nan satu inbi bernama Arauma. Melambangkan rasa
syukur atas hasil pertanian nan melimpah. Tarian ini juga bentuk terima
kasih penduduk Okawadai (salah satu kota di Provinsi Aomori) terhadap
kuda-kuda nan telah membantu mata pencarian mereka.
Arauma ditarikan secara berpasangan oleh laki-laki dan perempuan. Laki-laki menjadi uma (kuda), sedangkan perempuan menjadi haneto (manusia). Diiringi musik taiko (gendang), fue (seruling), dan chappa (simbal), tarian Arauma dilakukan dengan berarak-arakan dan ditingkahi teriakan, "Rassera! Rassera!"
7. Tarian Tradisional Jepang - Wadaiko
Tarian
tradisional Jepang nan satu ini menggunakan sebuah alat musik
tradisional Jepang sebagai pengiringnya. Alat musik Taiko ialah
instrumen primer dari tari Wadaiko. Termasuk salah satu tarian
tradisional Jepang nan dominan menggunakan alat musik tersebut. Selain
alat-alat musik tradisonal Jepang lainnya.
Taiko sendiri berarti
drum besar (gendang berukuran jumbo). Merupakan alat musik nan
keberadaanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan tradisional masyarakat
Jepang sekaligus dari tarian tradisional Jepang
nan satu ini. Dari upacara keagamaan di kuil, hingga festival-festival
di kota-kota besar, alat musik Taiko dipastikan selalu ada.
Hi, Mbak. Saya boleh kan jadiin artikel ini sebagai referensi artikel saya?
BalasHapus